I
langkah-langkah pembukaan...
Sungguh
menarik menyaksikan kontenstasi demokrasi di Jakarta beberapa hari belakangan
ini. Masing-masing partai politik besar yang berpusat di 3 (tiga) kutub yang
berbeda menampilkan permainan politik elektoral tingkat tinggi yang cukup
mengejutkan. Bahkan bagi saya yang berkecimpung cukup lama di dunia politik,
sulit bagi saya untuk menduga langkah-langkah apa yang akan dimainkan oleh para
patron jagad politik tanah air.
Langkah
Pertama,
diambil oleh Ibu Megawati (Ketum PDIP Perjuangan, Presiden RI ke-5), sebagai
Partai terbesar yang memenangkan pemilihan legislatif (26,42%) dan pilpres
(53%) di DKI Jakarta pada tahun 2014. Partai yang berpusat pada Ibu Megawati
akhirnya menetapkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Calon Gubernur dan
Kadernya Djarot sebagai calon wakil Gubernur.
Langkah
politik ini sedikit banyak sudah dapat diprediksi, terutama setelah penetapan
kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang dipersepsikan sebagai bagian dari
barter politik; pencopotan PLT Ketua DPD PDIP DKI Jakarta; dan tentu saja
Faktor elektabilitas dari inkumben yang sangat tinggi dan tidak tersaingi oleh
nama-nama yang muncul dalam berbagai survey.
PDIP
menunda cukup lama pencalonan Ahok, ada tarik ulur yang sangat kuat, ada
persepsi yang dibangun seolah-olah PDIP sebagai parpol pendukung utama merasa
ditinggalkan oleh 3 partai (Golkar, Hanura, & Nasdem) yang terlebih dahulu
memberikan dukungannya.
Ditambahkan
lagi dengan kekecewaan yang dirasakan oleh para pengurus partai di DKI Jakarta
seperti terekam dalam sebuah video yang diunggah ke youtube, menimbulkan dugaan
bahwa PDIP akan memunculkan calon dari kadernya sendiri, dan hal ini sangat
memungkinkan, mengingat tingginya elektabilitas Ibu Risma dari berbagai survey
yang ada.
Hal
yang menarik dari pencalonan ini adalah permasalahan timing, PDIP menunda
cukup lama untuk memunculkan calonnya. Hal ini bisa dipahami sebagai strategi
untuk mengunci rapat langkah-langkah parpol lain dlm memunculkan figur baru karena
terkendala waktu. Strategi ini bisa juga diambil, untuk menjaga kandidatnya
dari berbagai kampanye negatif yang sangat mudah dilakukan lawan politik,
mengingat posisinya sebagai inkumben, di mana segala masalah di Jakarta bisa
diarahkan kepadanya.
Pada
akhirnya nama itu dimunculkan juga, 3 hari sebelum batas waktu pendaftaran ke
KPUD, jadi PDIP hanya memberikan waktu 3 hari bagi parpol lain untuk mengusung
penantang dari inkumben yang secara elektabilitas, belum dapat ditandingi oleh
figur-figur lain.
Setelah
pengumuman PDIP, parpol-parpol besar terlihat tidak cukup siap, dugaan bahwa
PDIP akan mengusung kadernya sendiri menjadi buyar. Bahkan kader PDIP DKI
Jakarta sendiri tidak menduga, mereka beranggapan Risma yang akan
dimajukan. Jika Risma yang dimajukan kemungkinan besar Parpol akan
bergabung dalam koalisi besar tersebut. Jika kita mengamati sosial media pada
malam deklarasi tersebut, optimisme besar terlihat dari tweet-tweet para
pendukung inkumben, seolah pertandingan telah usai sebelum dimulai.
Langkah
Kedua, SBY
(Ketum PD, Presiden RI ke-6), mengumpulkan sebagian partai yang tergabung dalam
koalisi kekeluargaan di kediamannya di Cikeas, ada 3 Ketua Umum Partai yang
dikumpulkan yaitu: PKB, PAN dan PPP. Kemampuannya mengumpulkan ketiga
Partai ini, paling tidak memperlihatkan pengaruh kuat yang masih dimilikinya,
mengingat kedekatan ketiga parpol tersebut dengan
"Istana".
Awalnya,
saya menduga mereka akan membahas kandidat yang akan diajukan kepada 2 parpol
dari koalisi kekeluargaan lainnya yang terlebih dahulu telah mengumumkan
kandidatnya, yaitu Sandiaga Uno (Gerindra) dan Mardani (PKS), tentu saja
setelah PDIP bergabung dalam gerbong besar, kubu PKS - Gerindra, perlu segera
melakukan penyesuaian untuk dapat bersaing jika tidak mau kalah secara telak.
Apalagi
berdasarkan hasil survey yang dilakukan poltracking pada bulan September 2016,
Anies Baswedan dan Sandiaga Uno diperkirakan akan dapat menyaingi Ahok -
Djarot, dengan selisih perolehan suara yang sangat tipis, masih dalam kisaran margin
of error (4,59%) yaitu 37,9 % dengan 36,4% untuk keunggulan inkumben.
Perkiraan saya koalisi kekeluargaan akan mendorong pencalonan Anies Baswedan
sebagai Gubernur dan Sandiaga sebagai Cawagub-nya. Apalagi Anies Baswedan
pernah menjadi kandidat Presiden dari Partai Demokrat dan dapat
merepresentasikan islam moderat yang akan dapat diterima tiga partai lainnya.
Namun, ada ganjalan yakni permasalahan masa lalu antara Anies dan Prabowo
diduga akan menyulitkan tercapainya kesepakatan ini.
Secara
pribadi, sosok Anies Baswedan adalah figur yang menarik bagi saya, saya pernah
terlibat dalam gerakan turun tangan, dan menjadi supporter aktifnya selama masa
konvensi. Anies menurut saya adalah figur yang visioner, articulate, charming dan
mampu menginspirasi banyak orang. Sosok
yang menurut saya layak untuk dijadikan sebagai pemimpin di masa mendatang.
Sekitar
pukul 23.00 WIB, saya mendapat kabar dari seorang teman yang berada di Cikeas,
bahwa yang ditetapkan menjadi Cagub dan Wagub dari koalisi Cikeas adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sylviana Murni.
Mendapatkan berita ini saya sempat kaget dan mungkin juga seperti banyak
orang, sedikit merasa kecewa. Bukan karena meragukan kemampuannya, tapi mempertimbangkan
karir cemerlangnya di militer dan keharusannya untuk melepaskan kesempatan
untuk menjadi jenderal yang cemerlang di masa mendatang.
Tapi kemudian saya berpikir kembali, apakah karier militernya akan mulus-mulus saja? apakah sistem politik sekarang telah berlandaskan meritokrasi untuk menempatkan orang-orang terbaik pada posisi terbaik? Apakah yang menduduki posisi penting di pemerintahan saat ini adalah orang yang terbaik? Kita semua tentu akan mengatakan "Tidak", sistem yang ada masih sangat kental dengan Nepotisme. Dalam konteks ini, adakah harapan untuk untuk seorang Mayor Agus? Wallahu Allam.
Dari
jauh-jauh hari, saya dan juga para kader dan simpatisan Partai Demokrat, telah
melihat bahwa AHY, merupakan penerus dari kepemimpinan SBY, sosok yang akan
dimunculkan pada waktunya. Sosok yang saya percaya akan dapat membangkitkan kepercayaan
rakyat kembali kepada Partai Demokrat. Harapan ini tentu bukanlah harapan yang kosong mengingat prestasinya di bidang kemiliteran dan tiga gelar Master yang diraihnya dari berbagai universitas terkemuka di dunia.
Pertanyaannya apakah sekarang waktu yang tepat? menurut saya: Iya, saat ini adalah waktu yang sangat tepat. Dunia politik membutuhkan generasi muda, generasi yang bersih dari berbagai dosa masa lalu, generasi merasa aneh dengan segala bentuk penyimpangan, generasi yang tidak mau berkompromi dengan status quo, generasi yang berada di luar jaring kekuasaan para mafia-mafia. Politik membutuhkan pemimpin yang dapat berbicara dan memahami generasi-generasi baru yang tidak dipahami para politikus tua. Dunia politik membutuhkan pemimpin dari generasi yang tidak gagap bergaul dengan dunia luar dan menyatu dalam arus kemajuan zaman.
Selanjutnya, Langkah
Ketiga, Prabowo Subianto (Calon Presiden 2014) dan Partai Keadilan Sejahtera, pada akhirnya memutuskan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai cagub dan cawagub DKI Jakarta. Keputusan ini merupakan langkah politik yang cukup mengejutkan, paling tidak bagi saya. Mengingat Anies Baswedan memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan Prabowo sebagai akibat persaingan yang sengit pada pilpres 2014 yang lalu. Selain itu, Anies juga dianggap mewakili kelompok islam yang dianggap terlalu liberal dalam pemikiran sehingga akan sulit diterima oleh PKS. Boleh jadi langkah politik ini tidak diduga oleh koalisi Cikeas. Langkah politik yang menurut saya sangat rasional. Untuk itu Partai Gerindra dan PKS layak diberikan apresiasi atas keputusan yang diambil, mengenyampingkan segala ego dan menyajikan kepada rakyat Jakarta pilihan yang baik.
--------------------------------------------------------------------------------
Langkah-langkah pembuka sudah dimainkan. Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi. Langkah-langkah cerdas selanjutnya akan dimainkan oleh para dedengkot politik di tanah air. Dan yang perlu diingat dan tidak boleh dipandang remeh adalah peran dari sebuah kutub lain yg sampai saat ini, masih secara samar menyatakan dukungannya. Dia yg memenangkan 2 pertandingan terakhir. Ini bisa jadi faktor penentu, mengingat besarnya kekuasaannya yg dimilikinya saat ini.
Dengan kualitas kandidat yang sangat bagus, kita berharap kita menjadi lebih mengenal figur-figur yang kita percaya akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang...
(Tulisan ini berdasarkan pendapat pribadi dari pengamatan yang sangat terbatas)