Dec 3, 2005


Seandainya kita diberikan kebebasan sepenuhnya
Mampukan kebebasan itu melepaskan kita dari takdir
sebagai aktor lelucon semesta?

Jenuh

Pernah berpikir betapa ganjilnya kita diciptakan di dunia ini? Aku selalu memikirkannya, terkadang menganggapnya sebuah lelucon. Tak ada pengetahuan yang lengkap akan awal keberadaan kita dan tak juga ada pengetahuan akan akhir. Bahkan satu-satunya kelebihan 'kita' dibandingkan makhluk lain yakni rasionalitas, tak memiliki kemampuan untuk menemukannya.

Bagi sebagian orang agama adalah pelarian yang sangat nyaman, hal inilah yang coba dijelaskan oleh bounded-rationality theory. Dengan agama kita mengikuti lantunan irama semesta, rasakan misalnya lantunan suara adzan yang mengikuti perputaran bumi atau misa kudus di minggu pagi. Sungguh nyaman hidup dalam keharmonisan seperti itu. Bergerak, bernafas, dan menjalani berbagai hal menuju arah takdir yang dipercayai yakni kematian diri dan kehancuran semesta.

Dalam suasana batin seperti ini seseorang akan teramat kuat mengatasi hidup karena dia tidak memiliki keterikatan dengan segala hal yang fana. Ia menjadi tidak takut miskin, tidak takut lapar, tidak takut kejahatan, tidak takut melawan penindas bahkan tidak takut untuk meledakkan dirinya demi sebuah usaha yang mungkin juga dirasakannya absurd.

Berbicara tentang keterbatasan akal yang melatar belakangi keharmonisan hidup diatas, aku jadi berpikir bahwa apabila kita percaya bahwa kita adalah ciptaan maka kita tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan pencipta kita. Jika kita tidak mampu menjelaskannya lalu bagaimana mungkin di saat yang sama kita dapat mematuhinya (?).

Anggaplah kita merasa dekat dengan- Nya bukan melalui akal akan tetapi dalam pengalaman batin (fenomenologis), sebuah derajat keyakinan tertentu - sebuah dugaan perceptive, lalu bagaimana mungkin pengalaman batin individual kita tersebut menjadi alat yang menjadikan kita menerima sebuah ajaran agama tertentu yang bersifat umum seperti menjalankan ibadah agama dan sebagainya. Kenapa kita tidak menjadikan urusan agama ini menjadi urusan yang sangat rahasia, urusan antara kita dan tuhan sendiri tanpa ada penuntun apalagi perantara. Karena hal ini aku percaya kita bisa bebas dari agama. Bahkan dalam tingkat yang lebih ekstrem karena kita bisa meragukan tuhan kita juga dapat meragukan perlunya segala hal yang baik.

Pertanyaan sekarang jadi sebuah pilihan filosofis: terjun bebas ke jurang yang mana?