Oct 29, 2004

...

Di Jakarta semua petanda sirna
burung yang berkicau kemana?
waktu mengiring kita penuh siksa
aku buta dan kau tak bicara
sajak ada di angkasa. tak tercurah
siapa yang harus membacanya?

Oct 25, 2004

Kali Adem...(untuk Kajidin, Cemplon, Nuryatim, Ayah)

Kali Adem...
(untuk Kajidin, Cemplon, Nuryatim, Ayah)

Kecoa berhamburan keluar sarang.
Di sekitar lampu badai rama-rama rayakan ketakpastian hidup
"esok pasti badai!" katamu
dan paling tidak Esok hidup kita tak pasti.
tapi kita pasti tak akan mati hanya karena kita tak makan satu hari, dua hari, tiga hari...

Mari kita do'akan agar angin barat berakhir
dan udang yang tak kita tangkapi selama tiga bulan kedepan tidak pergi atau mati
diracuni limbah industri...

"tapi tiga bulan kedepan makan apa?" kataku
tapi engkau hanya tertidur tak pasti dilamun pasang kali adem
dilamun berkali-kali...

Inilah Provokasi


Inilah Provokasi, Dayi...

Dayi, inilah yang dinamakan provokasi
kami menjual mimpi dan engkau membelinya
ingat kau mimpi yang kami jual:
buruh dihargai, gaji tinggi dan tak lagi kerja sampai pagi
tapi lihatlah mimpi apa yang telah kau beli:
intimidasi, demam tinggi dan tak lagi terima gaji
itulah makanya provokasi dilarang atas nama demokrasi
karena kami menipu kau...

Oct 23, 2004

Lelaki itu adalah aku

lelaki di kaca itu adalah aku
tapi mengapa aku tak memahamimu?
setelah musim terlewati berkali-kali
adakah hal lain yang kau cari selain mati dan berarti?

Inikah hidup yang kau anggap tinggi dan suci itu?
mati - berarti
berarti - mati
seperti itukah?
ah! aku tak memahamimu

Oct 19, 2004

hatiku...




hatiku adalah samudera luas,
gejolak gairah ganas...
disana kau bertahta sebagai penguasa...

Oct 10, 2004

...

Kita seperti sedang menantikan prahara
sambil melafazkan asma pada yang tiada,
ini senja yang tak biasa, telah kudengar sengau bencana di ujung bianglala

Pulanglah dik!
besok akan kulukis prahara di angkasa
agar kau tahu aku ada...

Oct 5, 2004

Tuhan aku belum menyembah!

Tuhan,
di bawah langit semestamu aku tertunduk
lemah, kalah, menyerah...
tapi tak juga menyembah

bukankah harus begitu?