Nov 1, 2012

Pas Photo Baru

Saya cenderung untuk tidak berpikir negatif, mudah percaya, berempati serta berusaha melihat berbagai hal dari sudut pandang orang lain.  Saat seseorang melakukan perbuatan keliru, saya berusaha untuk memahami mengapa dia melakukan perbuatan tersebut?  Alasan apa yang melatarbelakangi perbuatan tersebut? Dalam posisi apa ia melakukan perbuatan itu? Pilihan apa yang dia miliki sehingga dia harus melakukan perbuatan tersebut?  Pada akhirnya, perbuatan-perbuatan tersebut dapat saya pahami dan maafkan, bahkan apabila kekeliruan dilakukan berkali-kali, saya hanya bisa berpikir "manusia wajar salah dan keliru, di lain waktu dia akan lebih baik lagi".  

Dalam proses memahami orang lain, suatu saat saya menyadari bahwa ada orang yang memang tidak perlu dimaafkan sama sekali, seseorang yang melakukan perbuatan jahat dan hal-hal buruk karena kebencian, karena dia tidak mengenal apa yang dinamakan cinta? Apa yang dinamakan kebaikan? Apa yang dinamakan ketulusan? Seseorang (makhluk) yang menganggap kita sebagai mangsa yang harus dihancurkan dan dimusnahkan.  Dalam dunia yang saya geluti, sayangnya, saya menemukan begitu banyak makhluk seperti itu, pengetahuan yang kemudian membuat saya menjadi sangat waspada, was-was dan tidak boleh melakukan kesalahan ataupun kebodohan sedikitpun.  

Sikap batin yang demikian pasti akan tercermin pada tubuh dan wajah kita,   tidaklah heran saat saya mengganti pas photo lama saya (diambil saat selesai kuliah) dengan pas photo baru, saya merasakan bahwa dunia telah merubah saya, tidak hanya dalam diri saya tapi juga penampakan luar.  Terkadang saya merindukan diri saya yang selalu resah, mata yang selalu bertanya-tanya, pikiran yang tidak pernah berhenti mencari jawaban, dan hati yang selalu bergejolak.  





Oct 27, 2012

Jalan Berliku Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi selalu menarik minatku, birokrasi adalah kunci dari keberhasilan sebuah organisasi.  Sebaik apapun pemimpin akan gagal apabila ia tidak mampu menggerakan mesin birokrasi yang teramat besar dan berat/lembam.  Membaca wawancara Majalah Mingguan Tempo dengan Wakil Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara, Eko Prasojo, membuatku sedikit terhibur, paling tidak dia mengakui beberapa hal:  Penerimaan PNS sekarang tidak didasarkan kompetensi tapi oleh kemampuan membayar (berlaku juga dalam promosi jabatan); gaji yang rendah yang menyebabkan korupsi; inkompetensi pegawai; banyaknya pegawai yang tidak sesuai dengan kebutuhan formasi birokrasi; penyebaran pegawai yang tidak merata secara kualitas dan kuantitas; tidak adanya target kerja pegawai dan besarnya peranan mafia dalam penempatan orang dalam birokrasi.  Hal yang lebih mencengangkan lagi, Birokrasi di Indonesia hanya digerakan oleh 20 persen saja dari pegawai.  Apabila Rasio Pegawai di Indonesia saat ini adalah 1,9 persen dari jumlah penduduk (lebih rendah dari Malaysia 2,4 % dan Singapura 2,9 %), maka sebenarnya Rasio  Pegawai terhadap jumlah penduduk tidak sampai 0,4 persen artinya 1 orang menangani 250 orang penduduk dalam berbagai urusan dan kebutuhan masing-masing, sungguh tidak masuk akal.  

Untuk mengatasi permasalahan di atas, ada beberapa solusi yang ditawarkannya seperti: penerapan passing grade dalam proses rekruitmen pegawai (tidak akan ada penerimaan jika tidak memenuhi standar yang ditetapkan); promosi yang dilakukan secara terbuka dan berlaku secara nasional (pegawai daerah bisa dipindahkan ke daerah lain sebagai konsekuensi penggajian yang ditarik ke pemerintah pusat); pensiun dini bagi pegawai yang kurang kompenten; penerapan remunerasi dan perbaikan sistem penggajian; pengangkatan pegawai dengan perjanjian kerja (pegawai yang direkrut untuk melakukan pekerjaan tertentu dalam jangka waktu tertentu) dan sebagainya.  

Menurut saya, solusi yang ditawarkan secara sistem, sudah sangat baik dan mampu menjawab berbagai permasalahan dalam melakukan reformasi struktural birokrasi.  Tapi yang harus diingat: "sistem yang baik tidak selamanya menghasilkan keluaran yang juga baik".   Sebagai contoh di DKI Jakarta, Reformasi birokrasi telah dikumandangkan oleh Fauzi Bowo, diikuti dengan pemberian tunjangan kinerja daerah kepada setiap pegawai dan meniadakan segala bentuk honorarium yang didapat dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh APBD, Struktur Birokrasi disederhanakan melalui Perda No. 10 Tahun 2008, setiap pegawai memberikan laporan kinerja kepada atasannya.  Tapi apakah birokrasi di DKI Jakarta dirasakan semakin membaik?  Sejujurnya, meskipun ada beberapa perbaikan tapi saya tidak melihat banyak hal yang berubah.  

Bagi saya perubahan budaya-lah yang pada akhirnya menentukan berhasil atau tidaknya sebuah reformasi birokrasi, sebaik apapun proses rekruitmen yang dilakukan, sebaik apapun personil yang berhasil didapatkan dari proses tersebut, pada akhirnya akan menjadi sia-sia saja karena ia masuk dalam sebuah organisasi kerja tanpa sebuah ruh atau semangat untuk melayani masyarakat dan melakukan perubahan.  Segala ide cemerlang dan terobosan-terobosan brilian akan terbentuk oleh sebuah tembok sistem feodalisme birokrasi yang sangat tua dan keras.  Perubahan budaya dalam birokrasi harus secara konsisten diperlihatkan oleh pemimpin, tidak hanya oleh pemimpin tertinggi tapi juga oleh setiap pemimpin dalam setiap tingkatannya.  


Berkaca pada fenomena di Jakarta belakangan ini, Jokowi saya amaati telah memperlihatkan tekad yang kuat untuk merubah kultur birokrasi, dia bisa mendadak datang ke Kelurahan/Kecamatan tanpa pemberitahuan lebih dahulu.  Para Lurah dan Camat harus selalu bersiap di tempat kerja. Tentu saja, kebiasaan ini melahirkan budaya baru, dan para pejabat tersebut harus datang tepat waktu ke tempat kerjanya. Pertanyaannya apakah lurah/camat dan pejabat-pejabat Pemerintah Daerah tersebut juga akan lebih sering turun ke masyarakatnya untuk memantau dan menyerap aspirasi masyarakat? atau mereka lebih diharapkan selalu berada di kantor untuk menanti kunjungan mendadak dari sang Gubernur dan melaksanakan pekerjaan rutin?  Peran seperti apa yang se-ideal-nya harus dilakukan oleh seorang lurah/camat/pejabat lain dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat? kewenangan seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh kelurahan/kecamatan sehingga dapat berperan optimal dalam melayani masyarakat? inisiatif seperti apa yang diharapkan dari mereka? bagaimana keaktifan mereka dapat dinilai dan mendapatkan kompensasi baik finansial maupun promosi jabatan?  

Terkadang gagasan dan ide-ide besar, hanya akan menjadi wacana yang menarik tapi tidak dapat membawakan hasil yang diharapkan, apabila hal-hal kecil tidak diperhatikan, "The Devil is in the Details" seperti diungkapkan oleh sebuah pribahasa.  Tentu saja untuk dapat merumuskan dan menjabarkan detail dari setiap pekerjaan yang harus dilakukan oleh aparat birokrasi, pemimpin-pemimpin ditingkatkan terendah harus dilibatkan, untuk dapat melibatkan mereka secara aktif, visi dari perubahan birokrasi harus menjadi bagian dari diri mereka, sebagai tantangan yang mereka terima secara sukarela. Reformasi birokrasi telah dimulai, pasti menghadapi tantangan dan jalan berliku, pemimpin-pemimpin yang baik dalam setiap tingkatan harus terus dilahirkan untuk memberikan petunjuk dalam menempuh jalan yang gelap dan berliku...

Jun 6, 2012

Masih tentang Tenis Meja a.k.a Pingpong

Ternyata tidak membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk revans dengan pemain usia 10 tahun tersebut, mungkin karena stamina saya sedang bagus, tadi malam saya menang 3 - 2. Kebanyakan dapat poin dari blok yang berhasil. Dia tipe pemain serang yang bagus dalam topspin, jika sebelumnya saat diserang saya cenderung untuk mundur, tadi malam saya lebih memilih untuk memblok, dan ternyata strategi tersebut sukses membuatnya pontang-panting.

Tadi malam di GOR KONI Depok ada kunjungan dari Club lain untuk berlatih bersama, sayangnya saya tidak sempat menanyakan mereka dari club apa dan berlatih di mana. Saya perhatikan, jika ada club lain datang, biasanya kita akan lebih banyak bermain hitungan daripada berlatih pukulan dan teknik. Dari pukul 7 - 11 malam total saya bermain sebanyak 5 kali.

Pertandingan Pertama, saya menang dengan 3 - 0, seorang tipe pemain rally dengan gerakan yang agak lambat. Pertandingan Kedua menang 4 - 1, juga tipe pemain rally. Pertandingan Ketiga (dengan anak 10 tahun tadi). Selanjutnya, pertandingan keempat saya kalah telak 0 - 4 dengan pemain karet bintik, memang saya tidak punya pengalaman berhadapan dengan karet bintik, bola saya yang selalu spin dengan sukses dikembalikan ke saya dengan spin yang lebih berat, saat di-chop bola malah melambung sangat tinggi dan langsung di-smash , ini berlangsung sampai set ke-3, pada set ke-4 Pak Ilham (salah satu pelatih) sempat memberikan beberapa tips untuk menghadapi karet bintik, intinya jangan servis rumit-rumit dan harus sabar untuk mengangkat bola yang dikembalikan, cukup sukses sih, saya sempat unggul lebih dulu matchpoin walau pada akhirnya kalah juga. Selanjutnya, dipertandingan ke-5, saya bermain dengan tipe chopper, walaupun terus menerus unggul dan selalu menyerang, akhirnya saya kalah 2 - 3.

Info dari Pak Ilham, Minggu tanggal 10 Juni nanti, akan ada lagi club yang datang ke GOR KONI Depok untuk berlatih bersama, kali ini lawannya berat-berat malah ada yang dari Divisi 3, saya diminta untuk ikut sparring dengan mereka. Mudah-mudahan minggu depan kerjaan belum menumpuk, jadi bisa ikut bermain dan menonton para master bermain.

Jun 5, 2012

Passion yang terlupa

Saya sedang mencoba memberikan keseimbangan pada hidup, yakni dengan memberikan ruang dan waktu untuk melakukan berbagai hal yang pernah saya senangi. Caranya dengan mengingat berbagai passion yang pernah saya miliki dari masa kecil dulu. Saya pernah menekuni olahraga tenis meja sampai kelas 2 SMP dan beralih ke tenis lapangan sampai tamat SMA. Di antara 2 pilihan ini, mengingat stamina yang menurun drastis, pilihan saya adalah tenis meja.

Setelah secara iseng melihat di youtube berbagai pertandingan tenis meja, bergabung di komunitas www.tenismejamania.com , saya mulai merasakan hasrat yang kuat untuk bermain tenis meja lagi. Sangat menyenangkan untuk membeli dan memilih peralatan dan perlengkapan tenis meja sendiri.

Sebulan yang lalu saya membeli bat berupa Blade: Dawei Karbon dan Karet: MarkVad untuk kedua sisinya, total seharga Rp. 600 rb. Setelah bermain beberapa minggu di TTC Andika Depok, saya merasakan bahwa pilihan saya ternyata sudah jauh ketinggalan zaman. Akhirnya, saya mulai browsing-browsing untuk melihat review Rubber & Blade yang sekiranya cocok dg tipe permainan saya. Pilihan saya kemudian jatuh pada Blade: Butterfly Timo Boll Spirit; Rubber Forehand memakai Tenergy 25 dan Backhand memakai Sriver G3 FX, total seharga Rp. 2 Juta. Sebenarnya untuk pilihan karet saya ingin memilih FH=Tenergy 64 dan BH=Tenergy 05, tapi karena saat itu, di Toko Sinar Surya Sports di Jl. Pintu Air Pasar Baru (toko yg khusus Merek Butterfly), stok tersebut lagi kosong, saya terpaksa memilih 2 pilihan di atas. Pilihan ini menurut saya masih merupakan pilihan yang cukup standar untuk pemain yg bukan pro.

Di TTC Andika Depok dalam seminggu ada 4 (empat) kali jadwal Latihan. Berlokasi di GOR KONI Depok yakni pada Hari Selasa dan Minggu, biasanya dimulai pukul 15.00 WIB s/d 23.00 WIB. Selain di GOR KONI, Rumah Pak Nur (pelatih), di jalan Pramuka Raya, Mampang Depok (sebelum Kodim Depok), juga dijadikan tempat latihan untuk Hari Rabu dan Sabtu yang juga dimulai Pukul 15.00 WIB s/d 23.00 WIB. Di Club ini berlatih dari segala golongan Usia dari usia 10 - 50 tahun.

Sesuatu yang sangat menyenangkan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki hobi yang sama, berbicara tentang cara bermain, berdiskusi tentang peralatan tenis meja dan sebagainya. Persis sama seperti di masa-masa kecil dulu, di mana yang kita lakukan dan bicarakan melulu mengenai tenis meja saja. Ternyata benar ungkapan yang mengatakan bahwa "dunia tidak berubah tapi kita lah yang berubah."

Saat ini, karena footwork, reflek dan stamina yang masih payah, saya hampir selalu kalah. Hari minggu kemarin kalah dengan sangat menyakitkan di kalahkan seorang yang berumur 50 tahun lebih dan oleh pemain usia 10 tahun. Tapi saya yakin dalam beberapa bulan kedepan, saya akan mampu mengalahkan mereka.

Selain tenis meja sebenarnya masih banyak hal-hal yang ingin saya coba lagi, seperti: Naik Gunung, Rafting, Surfing dan Diving. Saya rasa harus mulai meluangkan waktu untuk melakukan berbagai hal yang kita sukai, daripada melulu bekerja untuk mencapai target dan goal-goal tertentu, yang didalam pencapaiannya memperburuk kualitas kehidupan itu sendiri.

Jun 3, 2012

Rara di usia ke-3

Rara telah memasuki usia 3 tahun. Tanpa terasa dia tumbuh menjadi anak yang sangat lucu dan sepertinya sangat pintar. Saya boleh dikatakan terlalu memujanya. Hal ini, saya sadari membawa sebuah permasalahan dalam mendidiknya, saya tidak bisa tegas. Tentu untuk hal-hal yang berkaitan dengan keselamatannya secara langsung saya bisa tegas, tapi saya tidak bisa tegas, misalnya untuk melarangnya jajan, melarangnya bermain game komputer, makan es krim dan sejenisnya.

Saat ini Rara sangat menyukai Game di komputer, Macbook saya boleh dikatakan telah menjadi miliknya. Apabila dulu dia menyebutnya "Komputer papa", sekarang dia lebih sering menyebut sebagai "komputer Rara", untunglah saya masih punya laptop butut Toshiba. Dia sangat menyukai permainan Puzzle-puzzle yang rumit seperti: Love and Death Bitten (drakula); Charm Tale; Sinbad; Galaxy Chain dsb. Bukan permainan yang simple seperti: Anggry Bird, Early Bird, Airport mania, dsb. Karena permainan tersebut rumit, saya selalu dipaksa untuk mendampinginya bermain dan menjelaskan berbagai hal yang ditanyakannya. Entah berapa puluh kali kita menamatkan masing-masing permainan tersebut.

Saat memasuki usianya yang ke-3 ini, kita mulai berpikir untuk menyekolahkannya. Apalagi sekarang menjadi trend orang-orang menyekolahkan anak-anak mereka di playgroup pada usia yang sangat dini, bahkan ada yang memasukkan anaknya di usia 2 tahun. Entahlah apa yang menjadi motivasi mereka, apakah hanya sekadar untuk mengikuti trend belaka. Saya sendiri tidak begitu setuju anak-anak masuk sekolah di usia se-dini itu. Toh, kalo tujuannya untuk bermain dan belajar sosialisasi kan bisa dilakukan di rumah dengan teman-teman di lingkungan sekitar rumah? Kalo tujuannya untuk mengenal huruf dan angka kan juga bisa diajarkan di rumah? sepertinya saya harus mulai meneliti manfaat-manfaat apa yang ditawarkan oleh sekolah-sekolah tersebut dan bagaimana akibat-akibat yang ditimbulkan kepada anak. Satu hal yang pasti, saya tidak menginginkan anak dididik untuk mempercayai sesuatu tanpa suatu proses berpikir yang jelas yang akan sangat mempengaruhi caranya menalar sesuatu.

Jan 11, 2012

Senggang

Akhirnya ada waktu senggang juga setelah hampir 4 bulan berkutat dengan pekerjaan yang sangat menguras pikiran, waktu dan tenaga. Mungkin karena itulah saya memborong banyak buku bacaan (biasanya juga tidak terbaca juga). Hari ini saya membeli beberapa judul buku baru dan beberapa buku yang pernah saya miliki namun karena sering berpindah-pindah keberadaannya sudah tidak terdeteksi. Buku yang saya beli adalah: "The Clash of Civilization and Remaking of World Order", "Community Development", "Merentas Arah Kebijakan Sosial Baru di Indonesia", "Kebebasan, Negara dan Pembangunan", serta "Menuju Sejarah Sumatera". Bagi saya buku adalah tempat relaksasi pikiran dari berbagai hal yang profan dalam kehidupan sehari-hari. Pikiran membutuhkan tamasya menuju suatu tempat baru yang menyegarkan - suatu cakrawala baru yang terkadang menggetarkan.

Harus saya akui, jarangnya saya bersentuhan dengan masyarakat marginal membuat kepekaan saya terhadap berbagai isyu-isyu sosial menurun drastis, permasalahan masyarakat terdelusi menjadi pemenuhan kebutuhan dasar saja, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan sebagainya. Padahal saya percaya ada persoalan struktural yang perlu dituntaskan, penuntasan persoalan ini tentunya tidak dapat dilakukan oleh pemerintahan yang berkuasa, melainkan oleh proses dialektis pertarungan kelompok tertindas dg penindasnya. Pertarungan tersebut akan berlangsung di seluruh aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Dapatkah seseorang bersikap netral terhadap pertikaian tersebut? Dapatkah seseorg tidak memihak? Menurut saya seseorg tdk dpt melepaskan dirinya kecuali ia begitu pandir atau berkhianat pada dirinya sendiri. Di titik ini saya bertanya: Di pihak manakah saya berdiri? Hanya saya dan tuhan yg mengetahuinya.