Oct 13, 2005

Aku sering merasakan semua benda disekelilingku hidup, bernafas, dan berbicara. Saat merasakan hal itu aku berada dalam keadaan antara sangat senang sekali dan kebingungan harus menempatkan diri. Kadang aku berada dalam suasana yang sangat serius, terlibat dalam berbagai hal detail dari dunia nyata.

Anehnya, dalam kedua situasi ini aku merasa senang. Kebahagian yang pertama disebabkan karena aku merasakan benar-benar hidup sebagai sebuah pribadi tersendiri, sementara kebahagian kedua disebabkan aku berhasil untuk melupakan tujuan hidup itu sendiri.

Oct 4, 2005

Menjelang Ramadhan...

Ramadhan, setiap bulan itu datang aku selalu agak kesusahan. Jadi kesulitan nyari makan dan yang lebih parah lagi jadi berasa gak enak kalau merokok di keramaian. Kenapa orang harus selalu menghormati orang yang berpuasa? Kenapa tidak berlaku sebaliknya bahwa orang juga mesti menghormati keyakinan orang lain untuk tidak berpuasa?

Aku sudah mulai berpuasa dari kelas 4 SD dan terakhir sampai kelas 2 SMP, bahkan pada saat itu, bokap/nyokap kesulitan membujukku untuk membatalkan puasa. Aku rasa pada saat itu aku memiliki sebuah kepatuhan buta kepada sesuatu yang maha agung yang tak kuketahui. Berada dalam suasana religius itu terkadang menentramkan. Bahwa ada sesuatu entah dimana dia melihat engkau, ciptaannya. Perasaan seperti itulah yang membuat seseorang merasa tidak teralienasi dari kehidupan bahkan berdialog dengannya.

Tidak ada salahnya memang seseorang memilih ekspresi religiusitas seperti itu, maksudku melakukan semacam kepatuhan seperti itu jika dengan hal itu dia merasa tentram. Dan tidak salah juga, bila seseorang memilih ekspresi religiusitas dengan cara lain, seperti melakukan pembangkangan, misalnya dengan tidak berpuasa pada bulan ramadhan.

Banyak orang yang menganggap bahwa aku atheis dsb, dan anehnya aku selalu mengafirmasi apa yang mereka katakan. Aku merasa bahwa memang aku tidak beragama seperti mereka beragama, tidak mempercayai tuhan sebagaimana mereka mempercayainya.

Aku mempercayai tuhanku sendiri, di saat-saat sulit kadang aku masih sering berdialog dengannya mengenai keterbatasanku dan kekuasaan absolutnya. Belum cukup ada sebuah alasan yang baik bagiku untuk berpuasa, sebenarnya sesederhana itulah penjelasan dariku mengapa aku tidak berpuasa.

Tadi malam sehabis merayakan "malam penutupan" di Grand Manhattan kata beberapa teman aku muntah darah (aku sudah terlalu mabuk untuk dapat mengetahuinya sendiri). Sampai tadi aku masih memikirkan hal itu bahkan membicarakannya lama dengan supir taksi dalam perjalanan pulang, aku mulai berpikir untuk berhentik mengisap Gudang Garamku, mengurangi Alkohol, mengurangi keluar malam, mengurangi beer, mengurangi kopi, menjaga kesehatan.

Mungkin "your time is running out" seperti yang dikatakan seorang teman tadi malam merupakan sebuah alasan yang baik bagiku untuk mulai berpuasa. Tapi itu tergantung besok pagi jika aku ternyata bangun dan minum segelas air berarti selama sebulan penuh kedepan akan tidak akan berpuasa.