Jun 6, 2012

Masih tentang Tenis Meja a.k.a Pingpong

Ternyata tidak membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk revans dengan pemain usia 10 tahun tersebut, mungkin karena stamina saya sedang bagus, tadi malam saya menang 3 - 2. Kebanyakan dapat poin dari blok yang berhasil. Dia tipe pemain serang yang bagus dalam topspin, jika sebelumnya saat diserang saya cenderung untuk mundur, tadi malam saya lebih memilih untuk memblok, dan ternyata strategi tersebut sukses membuatnya pontang-panting.

Tadi malam di GOR KONI Depok ada kunjungan dari Club lain untuk berlatih bersama, sayangnya saya tidak sempat menanyakan mereka dari club apa dan berlatih di mana. Saya perhatikan, jika ada club lain datang, biasanya kita akan lebih banyak bermain hitungan daripada berlatih pukulan dan teknik. Dari pukul 7 - 11 malam total saya bermain sebanyak 5 kali.

Pertandingan Pertama, saya menang dengan 3 - 0, seorang tipe pemain rally dengan gerakan yang agak lambat. Pertandingan Kedua menang 4 - 1, juga tipe pemain rally. Pertandingan Ketiga (dengan anak 10 tahun tadi). Selanjutnya, pertandingan keempat saya kalah telak 0 - 4 dengan pemain karet bintik, memang saya tidak punya pengalaman berhadapan dengan karet bintik, bola saya yang selalu spin dengan sukses dikembalikan ke saya dengan spin yang lebih berat, saat di-chop bola malah melambung sangat tinggi dan langsung di-smash , ini berlangsung sampai set ke-3, pada set ke-4 Pak Ilham (salah satu pelatih) sempat memberikan beberapa tips untuk menghadapi karet bintik, intinya jangan servis rumit-rumit dan harus sabar untuk mengangkat bola yang dikembalikan, cukup sukses sih, saya sempat unggul lebih dulu matchpoin walau pada akhirnya kalah juga. Selanjutnya, dipertandingan ke-5, saya bermain dengan tipe chopper, walaupun terus menerus unggul dan selalu menyerang, akhirnya saya kalah 2 - 3.

Info dari Pak Ilham, Minggu tanggal 10 Juni nanti, akan ada lagi club yang datang ke GOR KONI Depok untuk berlatih bersama, kali ini lawannya berat-berat malah ada yang dari Divisi 3, saya diminta untuk ikut sparring dengan mereka. Mudah-mudahan minggu depan kerjaan belum menumpuk, jadi bisa ikut bermain dan menonton para master bermain.

Jun 5, 2012

Passion yang terlupa

Saya sedang mencoba memberikan keseimbangan pada hidup, yakni dengan memberikan ruang dan waktu untuk melakukan berbagai hal yang pernah saya senangi. Caranya dengan mengingat berbagai passion yang pernah saya miliki dari masa kecil dulu. Saya pernah menekuni olahraga tenis meja sampai kelas 2 SMP dan beralih ke tenis lapangan sampai tamat SMA. Di antara 2 pilihan ini, mengingat stamina yang menurun drastis, pilihan saya adalah tenis meja.

Setelah secara iseng melihat di youtube berbagai pertandingan tenis meja, bergabung di komunitas www.tenismejamania.com , saya mulai merasakan hasrat yang kuat untuk bermain tenis meja lagi. Sangat menyenangkan untuk membeli dan memilih peralatan dan perlengkapan tenis meja sendiri.

Sebulan yang lalu saya membeli bat berupa Blade: Dawei Karbon dan Karet: MarkVad untuk kedua sisinya, total seharga Rp. 600 rb. Setelah bermain beberapa minggu di TTC Andika Depok, saya merasakan bahwa pilihan saya ternyata sudah jauh ketinggalan zaman. Akhirnya, saya mulai browsing-browsing untuk melihat review Rubber & Blade yang sekiranya cocok dg tipe permainan saya. Pilihan saya kemudian jatuh pada Blade: Butterfly Timo Boll Spirit; Rubber Forehand memakai Tenergy 25 dan Backhand memakai Sriver G3 FX, total seharga Rp. 2 Juta. Sebenarnya untuk pilihan karet saya ingin memilih FH=Tenergy 64 dan BH=Tenergy 05, tapi karena saat itu, di Toko Sinar Surya Sports di Jl. Pintu Air Pasar Baru (toko yg khusus Merek Butterfly), stok tersebut lagi kosong, saya terpaksa memilih 2 pilihan di atas. Pilihan ini menurut saya masih merupakan pilihan yang cukup standar untuk pemain yg bukan pro.

Di TTC Andika Depok dalam seminggu ada 4 (empat) kali jadwal Latihan. Berlokasi di GOR KONI Depok yakni pada Hari Selasa dan Minggu, biasanya dimulai pukul 15.00 WIB s/d 23.00 WIB. Selain di GOR KONI, Rumah Pak Nur (pelatih), di jalan Pramuka Raya, Mampang Depok (sebelum Kodim Depok), juga dijadikan tempat latihan untuk Hari Rabu dan Sabtu yang juga dimulai Pukul 15.00 WIB s/d 23.00 WIB. Di Club ini berlatih dari segala golongan Usia dari usia 10 - 50 tahun.

Sesuatu yang sangat menyenangkan berkumpul dengan orang-orang yang memiliki hobi yang sama, berbicara tentang cara bermain, berdiskusi tentang peralatan tenis meja dan sebagainya. Persis sama seperti di masa-masa kecil dulu, di mana yang kita lakukan dan bicarakan melulu mengenai tenis meja saja. Ternyata benar ungkapan yang mengatakan bahwa "dunia tidak berubah tapi kita lah yang berubah."

Saat ini, karena footwork, reflek dan stamina yang masih payah, saya hampir selalu kalah. Hari minggu kemarin kalah dengan sangat menyakitkan di kalahkan seorang yang berumur 50 tahun lebih dan oleh pemain usia 10 tahun. Tapi saya yakin dalam beberapa bulan kedepan, saya akan mampu mengalahkan mereka.

Selain tenis meja sebenarnya masih banyak hal-hal yang ingin saya coba lagi, seperti: Naik Gunung, Rafting, Surfing dan Diving. Saya rasa harus mulai meluangkan waktu untuk melakukan berbagai hal yang kita sukai, daripada melulu bekerja untuk mencapai target dan goal-goal tertentu, yang didalam pencapaiannya memperburuk kualitas kehidupan itu sendiri.

Jun 3, 2012

Rara di usia ke-3

Rara telah memasuki usia 3 tahun. Tanpa terasa dia tumbuh menjadi anak yang sangat lucu dan sepertinya sangat pintar. Saya boleh dikatakan terlalu memujanya. Hal ini, saya sadari membawa sebuah permasalahan dalam mendidiknya, saya tidak bisa tegas. Tentu untuk hal-hal yang berkaitan dengan keselamatannya secara langsung saya bisa tegas, tapi saya tidak bisa tegas, misalnya untuk melarangnya jajan, melarangnya bermain game komputer, makan es krim dan sejenisnya.

Saat ini Rara sangat menyukai Game di komputer, Macbook saya boleh dikatakan telah menjadi miliknya. Apabila dulu dia menyebutnya "Komputer papa", sekarang dia lebih sering menyebut sebagai "komputer Rara", untunglah saya masih punya laptop butut Toshiba. Dia sangat menyukai permainan Puzzle-puzzle yang rumit seperti: Love and Death Bitten (drakula); Charm Tale; Sinbad; Galaxy Chain dsb. Bukan permainan yang simple seperti: Anggry Bird, Early Bird, Airport mania, dsb. Karena permainan tersebut rumit, saya selalu dipaksa untuk mendampinginya bermain dan menjelaskan berbagai hal yang ditanyakannya. Entah berapa puluh kali kita menamatkan masing-masing permainan tersebut.

Saat memasuki usianya yang ke-3 ini, kita mulai berpikir untuk menyekolahkannya. Apalagi sekarang menjadi trend orang-orang menyekolahkan anak-anak mereka di playgroup pada usia yang sangat dini, bahkan ada yang memasukkan anaknya di usia 2 tahun. Entahlah apa yang menjadi motivasi mereka, apakah hanya sekadar untuk mengikuti trend belaka. Saya sendiri tidak begitu setuju anak-anak masuk sekolah di usia se-dini itu. Toh, kalo tujuannya untuk bermain dan belajar sosialisasi kan bisa dilakukan di rumah dengan teman-teman di lingkungan sekitar rumah? Kalo tujuannya untuk mengenal huruf dan angka kan juga bisa diajarkan di rumah? sepertinya saya harus mulai meneliti manfaat-manfaat apa yang ditawarkan oleh sekolah-sekolah tersebut dan bagaimana akibat-akibat yang ditimbulkan kepada anak. Satu hal yang pasti, saya tidak menginginkan anak dididik untuk mempercayai sesuatu tanpa suatu proses berpikir yang jelas yang akan sangat mempengaruhi caranya menalar sesuatu.